Comboran Semrawut dan Macet, Bukti Gagalnya Pemerintah Kota Membina Pasar

Jalan M. Yamin yang seharusnya bisa menampung 4 lajur hanya tersisa 1 lajur akibat okupansi lapak - lapak PKL di sisi jalan

Parkir Liar juga mengambil hak pengguna jalan, jangan harap ada pedestrian untuk pejalan kaki.
 Bagi warga di sekitar daerah pasar besar , wajah pasar combora memperlihatkan ketidakmampuan pemerintah untuk menata ekonomi dan pasar bagi warga masyarakat kota. Pasar Comboran merupakan salah satu pasar yang mengkhususkan diri terhadap barang otomotif, barang bekas, maupun berbagai onderdil sepeda motor maupun sepeda kayuh. Sayangnya saat ini banyak pedagang yang memenuhi jalan di sekitar Jalan Moh Yamin, Irian, hingga Jalan Halmahera yang tidak tertata. Semakin lama lapak - lapak pedagang maju hingga memenuhi setengah badan jalan yang seharusnya dapat digunakan oleh pengguna jalan.


Deretan kios PKL di JAlan Halmahera yang memenuhi kawasan area Depo Pertamina

Jangan harap ada pedestrian untuk pejalan kaki, untuk pengguna kedaraan pun harus berbagai dengan arah sebaliknya. Ini terlihat di Jalan Mohamad Yamin, Jalan yang seharusnya 4 jalur di okupansi menjadi hanya satu jalur. Sedangkan di Jalan Halmahera lapak pedagang mulai memenuhi area vital yaitu Kawasan Depo Pertamina Malang. Area Depo ini seharusnya steril dari lapak PKL, karena merupakan area vital sebagai distributor BBM se Malang Raya. BBM area malang disuplay melalui kereta api kemudian disimpan di Depo Pertamina Malang baru kemudian di distribusikan menggunakan truk. Sayangnya sekarang jalan menuju ke Depo telah dipenuhi para PKL.

Kios di lantai 2 dan 3 yang sepi sedangkan banyak PKL menggelar lapak di tepi jalan irian

Mengapa para PKL malah memenuhi jalanan sedangkan pembangunan Pasar Comboran telah selesai. Sayangnya tidak ada ketegasan dari pemerintah untuk memaksa pedagang untuk menempati kios - kios di dalam Pasar Comboran. Pasar Comboran sendiri sepi hanya lantai dasar saja yang digunakan pedagang bawang merah maupun pedagang kelapa.

Pasar Comboran yang telah dibangu seperti kawasan mati
Hal ini sangat merugikan masyarakat sebagai pembayar pajak yang telah menggunakan dana ini untuk membangun Pasar Comboran dan masyarakat pengguna jalan yang setiap hari harus melewati jalan yang macet dan tidak teratur akibat dari okupansi pedagang - pedagang PKL ini.

Pasar Baru jika tanpa ketegasan mungkin akan bernasip seperti Pasar Comboran

 Selain itu pembangunan pasar otomotif diseberang pasar comboran juga belum ada tanda - tanda selesai. Pembangunan pasar ini juga rawan sepi jika pemerintah kota sebagai penanggung jawab kurang tegas terhadap pedagang PKL yang masih membuka lapak - lapak di sekitar jalan di Pasar Comboran.

Seharusnya Pemerintah dapat belajar dari kasus Pasar Tanah Abang yang setiap hari macet akibat PKL yang memenuhi jalan di sekitar Tanah Abang. Padahal Pemprov Jakarta memiliki Gedung yang tidak terpakai di Blok G.Para pedagang ini tidak mau pindak akibat kurang tegasnya pemerintah DKI dalam membinan dan membiarkan para pedagang membuka lapak di pingir - pingir jalan. Hal ini mengakibatkan pengguna jalan baik pedestri maupun pengendara motor menjadi korban. Kegagalan dalam mengatasi pedagang kaki lima ini akan mengakibatka dampak yang berkepanjangan. bukan hanya penguna jalan , warga sekitar juga terdampak kemacetan dan kekumuhan, sedangkan bagi pemerintah pendapatan dari dinas pasar juga akan ikut turun akibat kios kios yang terbangun tidak ada yang menempati.

Komentar

Postingan Populer